SUARA MERDEKA, Slawi, Rabu 2 Februari 2011 kolom C
RIBUAN ANAK SD PUTUS SEKOLAH
Slawi – sedikitnya 2.000 anak sekolah dasar (SD) di 18 kecamatan Kabupaten Tegal tercatat tidak melanjutkan pendidikannya kejenjang SMP alias putus sekolah.
Buruknya wajah pendidikan di kabupaten itu disebabkan kamiskinan dan kecilnya minat anak dalam melanjutkan sekolah
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga(Dindikpora) Kabupaten tegal Drs Waudin Msi Kemarin mengatakan, tingginya angka putus sekolah dinilai bukan kesalahan pemerintah dan sekolah. Angka putus sekolah hingga tahun ini mencapai 2.000 anak lebih dinilai karena faktor ketidakmampuan orang tua dalam menyekolahkan anaknya.
“memang sekarang sudah ada dana bantuan operasional sekolah (BOS) namun orangtua siswa masih keberatan untuk biaya pendidikan sehari-hari.” Katanya.
Menurut dia, angka putus sekolah juga dipengaruhi minat anak untuk melanjutkan sekolah. Mereka lebih memilih langsung terjun di dunia kerja. Kondisi itu membuat Dindikpora kesulitan untuk menekan angka putus sekolah. Padahal upaya dindikpora dinilai telah maksimal dalam memberikan sosialisasi tentang pentingya pendidikan.
“ini menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah”
SMP SATU ATAP
Upaya menekan hal tersebut, lanjut dia, Dindikpora membuat SMP satu atap. Hal itu telah dilakukan di sigedong. Soka Tengah, Warureja dan Bandar Agung. Selain itu Dindikpora juga telah mengoptimalkan bidang pendidikan nonformal. Pihaknya menggencarkan pendidikan kerjar paket C di semua wilayah Kabupaten Tegal
“upaya yang dilakukan selama ini telah menekan angka putus sekolah. Kami targetkan tahun 2013 bebas dari angka putus sekolah”. Tandasnya.
Anggota komisi IV DPRD Kabupaten Tegal Munif mengungkapkan, tingginya angka putus sekolah didominasi faktor kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Sebab pemerintah telah berupaya untuk menggratiskan biaya operasional sekolah. Hal itu jelas telah meringankan beban orang tua dalam pembiayaan pendidikan.
“kejar paket selama ini yang ikut lansia. Sementara anak-anak yang putus sekolah jarang mengikuti kejar paket. Oleh karena itu semua pihak harus bersama-sama memberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan,” katanya. Edit Oleh Endra Saepul Bahri S.Pd.I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Gunakanlah Bahasa yang Baik dan Sopan
Terima Kasih